Jumat, 06 April 2018

PERUBAHAN MAKNA : HAKIKAT, FAKTOR, PENYEBAB DAN JENISNYA

NAMA                         : Rizal Adamani Rahmatullah
NIM                             : 1608102044
JURUSAN                   : PBA-B
MATA KULIAH          : Madkhal ‘Ilm Ad-Dalalah Wal-Ma’ajim
REFERENSI                : 
Moh. Aini dan Ansori, semantik Bahasa Arab, Surabaya: Dikti, 2008.

Perubahan Makna: Hakikat, Faktor Penyebab, Dan Jenisnya
A.    Hakikat Perubahan Makna
Dilihat dari prespektif sosiologi, masyarakat secara perlahan atau cepat selalu mengalami perubahan seiring dengan perubahan zaman. Akselerasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, memberikan andil yang cukup besar dalam mengubah tatanan kehidupan masyarakat. Perkembangan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan serta perkembangan teknologi mempunyai hubungan kasualitas. Melalui kreatifitas manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang, daan melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini pula masyarakat juga berkembang.
Perkembangan yang terjadi dalam masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bermuara pada perubahan atau perkembangan cara pandang masyarakat terhadap berbagai fenomena yang ada. Diantara implikasi yang muncul akibat perubahan cara pandang ini adalah perubahan budaya. Hal ini beralasan mengingat budaya itu sendiri merupakan wujud dari produk cipta, karsa, dan rasa manusia.
Salahsatu wujud dari perubahan pada ranah budaya adalah perubahan yang terjadi pada tindak berbahsa. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Pntedn (2001), bahwa bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Dengan ungkapan lain, karena pemikiran manusia berkembang, maka pemakaian kata dan kalimat perkembangan pula atau berubah. Perkembangan atau perubahan yang dimaksud bukan saja pada aspek bentuknya(form), melainkan juga pada aspek maknanya (meaning).
Kata ulama misalnya telah mengalami perubahan dari makna dasarnya. Kata ulama yang diserap dari bahasa arab yang merupakan jamak dari kata ‘alim- pada mulanya mengacu pada para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, sehingga para pakar ilmu bahasa (linguis), para pakar pertanian, para pakar ekonomi, para pakar informasi, para pakar ilmu agama, dan lainya juga disebut dengan ulama. Akan tetapi, ketika kata ulama ini diserap ke bahasa Indonesia dengan berbagai variabel kultural yang mempengaruhi, maka kata ini sudah dibatasi pada para pakar di bidang ilmu agama islam atau kaum agamawan (muslim). Perubahan inilah yang disebut dengan penyempitan arti dan ini merupakan contoh perubahan makna kata serapan.

B.     Faktor Penyebab Perubahan Makna
Perubahan suatu makna kata disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang dimaksud adalah (a) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (b) perkembangan sosial-budaya (at-tathawur al-ijtima’iy wats tsaqafi) (c) penyimpangan bahasa (al-inbiraful lughawi), (d) perbedaan bidang pemakaian, dan (e) adanya asosiasi.
1.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
IPTEK berkembang begitu cepat dan menyantuh hampir seluruh kehidupan masyarakat. Perkembangan IPTEK ini berimplikasi pada perkembangan bahasa khususnya perkembangan kosa kata yang mengacu pada benda-benda dari produk IPTEK tersebut. Keterkaitan erat antara perkembangan IPTEK dan bahasa ini karena bahasa itu sendiri sebagai media untuk mengkonsepsikan setiap peristiwa, benda, dan objek-objek lainya. Dengan ungkapan lain, fungsi bahasa adalah sebagai alat ekspresi dan komunikasi.
     Ada beberapa cara yang berkaitan dengan pengembangan bahasa, khususnya pengembangan kata karena akibat perkembangan IPTEK. Pertama bisa berupa serapan dari bahasa penutur pengembang IPTEK, kedua kemungkinan membuat pandangan kata baru, dan ketiga dengan cara menggunakan kata yang telah ada denagn memodifikasi atau mengubah makna asalnya.
     Dalam bahasa indonesia, Chaer (2002) memberikan contoh perubahan makna akibat perkembangan IPTEK adalah kata berlayar. Kata ini pada awalnya bermakna ‘perjalanan di laut dengan menggunakan perahu atau kapal yang diigerakan dengan tenaga layar’. Walaupun sekarang kapal-kapal besar tidak lagi menggunakan layar, tentu sudah menggunakan tenaga mesin, bahkan juga menggunakan tenaga nuklir, tetapi tetap kata berlayari yang digunakan.
2.      Perkembangan Sosial Budaya
Dinamika kehidupan dalam masyarakat dapat menghasilkan suatu perubahan sosial- budaya, dan perubahan sosial-budaya juga berdampak pada kegiatan berbahasa, khususnya penggunaan makna kata. Sebagaimana dikemukakan oleh Chaer (2002), bahwa perkembangan di bidang soisal kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna. Sebuah kata yang pada mulanya bermakna ‘A’, lalu berubah menjadi bermakna ‘B’ atau ‘C’ jadi bentuk katanya tetap sama, tetapi konsep makna yang dikandung sudah berubah.
3.      Penyimpamangan Bahasa
Penggunaan bahasa kadang melakukan penyimpangan makna kata dengan kata lain yang maknanya lebih dekat atau mirip dan gejala ini mudah diterima oleh penutur bahasa (Umar, 1982), penyimpangan bahasa ini terjadi akibat kesalahpahaman dan ketidakjelasan. Pada saat itu, para linguis tidak serta merta melakukan perbaikan, sehingga masyarakat tidak sadar dan terbiasa menggunakan penyimpangan bahasa itu. Umsr (1982) memberikan contoh penggunaan kata الارض yang mempunyai beberapa makna yang berbeda. Ia bisa berarti الكوكب المعرمف dan الزكام . kata الليث bisa berarti الاسد dan bisa berarti الغنكبوتز  .
4.      Perbedaan Bidang Pemakaian
Suatu bidang kajian, keilmuan, atau kegiatan tertentu memiliki kekhasan dalam pengunaan kosa kata. Istilah-istilah seperti striker, gelandang kanan, penjaga gawang, tendangan pojok, tendangan penalti merupakan kosa kata yang lazim digunakan oleh olah raga sepak bola.
     Kosakata yang lazim digunakan di bidang tertentu juga dapat digunakan dalam bidang lain yang bersifat umum. Dalam bahasa indonesia, kata menggarap yang berasal dari bidang pertanian dengan segala macam derivasinya seperti pada frase menggarap sawah, kini banyak digunakan dalam bidang-bidang lain dengan makna ‘mengerjakan’ misalnya menggarap skripsi, menggarap usul para anggota (Chaer,2002).
5.      Adanya Asosiasi
Perubahan makna juga dapat terjadi karena adanya asosiasi antara kata yang digunakan dan hal atau peristiwa lain yang berkaitan dengan kata tersebut sehingga memunculkan makna baru. Chaer (2002) memberikan contoh kata amplop yang berasal dari bidang administrasi atau surat-menyurat, makna asalnya adalah ‘sampul surat’ ke dalam amplop itu, selain bisa dimasukan surat, juga bisa dimasukan benda lain, misalnya uang. Oleh karena itu, dalam kalimat beri saja amplop, maka urusan pasti beres. Kata amplop disini bermakna uang.
C.    Jenis Perubahan Makna
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa makna bahasa selalu mengalami perubahan karena berbagai faktor. Pernyataan berikutnya yang mengemuka adalah bagaimanakah bentuk atau jenis perubahan yang terjadi. Ada berapa bentuk atau jenis perubahan makna sebagaimana berikut ini.
1.      Perluasan Makna
Menurut Umar (1982), perluasan makna terjadi manakala didapati perpindahan dari makna khusus ke makna umum. Sependapat dengan pernyataan ini Chaer (2002) menegaskan bahwa perubahan makna meluas terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain. dalam bahasa indonesia, misalnya, kata saudara, bapak, dan ibu semula digunakan untuk menyebut orang yang mempunyai hubungan darah dengan kita. Akan tetapi, sekarang makna kata tersebut meluas. Artinya, kata saudara, bapak, dan ibu bukan saja digunakan untuk orang yang mempunyai hubungan darah dengan kita, melainkan juga digunakan untuk orang lain.
2.      Penyempitan Makna
Penyempitan makna adalah perubahan makna dari yang umum ke yang lebih khusus (Umar,1982). Sependapat dengan ini, Chaer (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Dengan bahasa yang berbeda, tetapi esensi maknanya sama, Djajasudarman (1999) menyatakan bahwa penyempitan atau pembatasan makna berarti makna yang dimiliki oleh kata lebih terbatas dibandingkan dengan makna semula.
3.      Perpindahan Makna
Perpindahan makna adalah suatu gejala perubahan makna yang terjadi karena adanya makna asal berpindah atau berubah menjadi makna baru. Perpindahan makna ini identik dengan perubahan total sebagaimana yang dikemukakan oleh Chaer (2002). Menurut Chaer (2002), perubahan total adalah perubahan sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut paut tersebut tampaknya sudah jauh. Dia memberikan contoh kata ceramah pada mulanya berarti cerewet atau banyak cakap, tetapi kini menjadi ‘pidato atau uraian’ mengenai suatu hal yang disampaikan’.
4.      Penghalusan
Penghalusan atau yang disebut eufemisme merupakan salah satu bentuk perubahan makna. Eufemisme berarti pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu, misalnya frase ke belakang (untuk BAB) (Kirdalaksana, 1984). Dalam eufimisme ini kita berhadapan dengan gejala ditampilkanya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna lebih halus, atau lebih sopan daripada yang akan digantikannya (Chaer,2002). dalam bahasa Indonesia gejala penghalusan ini cukup banyak, misalnya frase harga naik diperhalus menjadi penyesuaian harga.
5.      Perubahan Makna Dari Yang Konkret Ke Abstrak

Perubahan makna terjadi pada kosa kata yang semula memiliki makna konkret menjadi kata yang mengacu pada makna abstrak. Ar-Razi sebagaimana yang dikutip oleh Ad-Dayah (1985) memberikan contoh kata غفر . kata ini semula mengacu pada makna yang sifatnya konkret kemudian maknanya berubah menjadi abstrak dan dapat dipresepsi oleh akal dan jiwa. Dikatakan, bahwa kata غفور,غفار,غافر berasal dari مغفرة dan kata مغفرة ini berasal الستر (tutup atau satir). Seakan-akan dia menutup dosa-dosa hambanya كأنه يستر ذنوبالعباد Apabila dalam do’a dikatakan اللهم تغمّدنى يمغفرتك berarti استر ذنوبى.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar